Memupuk tanaman sudah membudaya bagi petani. Petani dan kegiatan memupuk seakan sudah menyatu sehingga tidak heran kebanyakan petani mengalami kesulitan mengelola tanah dan tanamannya tanpa menggunakannya. Pemupukan menjadi jaminan pengolahan lahan berhasil dan bisa menghasilkan hasil panen berlimpah. Tapi ternyata tidak selamanya begitu. Pada banyak kasus belakangan ini, penggunaan pupuk yang berlebihan menjadi sumber masalah baru bagi turunnya kualitas pertanian dan rusaknya struktur tanah dan lingkungan.
Pemakaian pupuk anorganik atau kimia menimbulkan dampak kerusakan lingkungan, gangguan kesehatan, menurunnya kualitas dan jumlah hasil panen, serta ketergantungan petani membuat pupuk organik mendapatkan perhatian lebih besar dari petani.
Sebenarnya, sampai tahun 1850-an, urusan menyuburkan tanah dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan organik. Saat itu memang pupuk sintesis seperti urea belum ada. Pupuk organik dibuat dari tanaman atau hewan yang telah mengalami pengolahan untuk mensuplai bahan organik yang fungsinya memerbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Bentuknya ada dalam bentuk padat dan cair.
Selain menambah unsur hara makro dan mikro di dalam tanah, pupuk organik juga sangat baik untuk memperbaiki struktur tanah pertanian. Ada beberapa keunggulan jika menggunakannya. Pertama, dapat memerbaiki struktur tanah. Ini terjadi karena organisme di dalam tanah saat penguraian bahan organik dalam pupuk bersifat mengikat butir-butir tanah menjadi butiran lebih besar. Kedua, dapat meningkatkan daya serap tanah terhadap air. Penyebabnya adalah bahan-bahan alami memiliki daya serap yang besar terhadap air. Ketiga, dapat menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah karena organisme di sana bisa memanfaatkan bahan alami sebagai makanan. Keempat, bisa menjadi sumber zat makanan bagi tanaman, itu karena mengandung zat makanan lengkap meskipun kadarnya tidak setinggi anorganik.
Kenapa Harus Pupuk Organik?
Pupuk organik memperbaiki struktur tanah pertanian, memberi hasil maksimal, juga menjaga keseimbangan alam. Hasil panen yang banyak serta berkualitas adalah impian setiap petani. Untuk meningkatkan hasil pertanian tersebut, sejak lama kegiatan mengolah tanah kita didukung oleh pupuk. Sejak tahun 1969 melalui program intensifikasi masal, penggunaan pupuk kimia dilakukan secara besar-besaran.
Pemakaian penyubur anorganik (kimia) yang terus-menerus ini ternyata membuat tanah rusak. Pupuk kimia bersifat mengeraskan tanah. Semakin banyak diberikan pada tanaman dan tanah, sebenarnya belum tentu membuat lahan pertanian menjadi semakin baik. Sifatnya yang mengeraskan tanah membuat tanaman sulit menyerap unsur-unsur hara, perakaran terganggu, serta menjadikan tanah menjadi jenuh. Artinya seberapa banyakpun diberikan tidak akan meningkatkan produktivitasnya.
Penyebabnya adalah tanah tidak memberikan respon terhadap pemupukan. Apalagi, sebagian besar petani kita melakukan pemupukan secara sebagian-sebagian. Hanya memupuk unsur N (urea), P (SP-36), atau K (KCL) saja, sedangkan unsur lain tidak. Tindakan ini justru menjadikan pemiskinan unsur hara tertentu dan penimbunan unsur hara tertentu pula.
Selain menjadi keras, dampak lainnya adalah menjadikan tanah masam. Akibatnya organisme pembentuk unsur hara (penyubur tanah) berkurang populasinya atau mati. Cacing misalnya, cacing tidak dapat hidup di lingkungan dengan kondisi seperti itu. Bila kondisi ini terjadi, tanah tidak akan bisa lagi menyediakan makanannya secara mandiri lagi. Ia akan bergantung kepada penambahan pupuk, terutama kimia.
Pupuk kimia juga mengandung zat seperti nitrat dan fosfat yang bisa menjadi racun bagi kehidupan di dalam air. Kelebihan unsur ini bisa meningkatkan ganggang air secara berlebihan sehingga menurukan kadar oksigen di dalam air. Akibatnya, lingkungan menjadi beracun dan membunuh aneka fauna di dalam air.
Lebih jauh lagi, pupuk kimia mengandung zat seperti metana, karbon dioksida, amonia dan nitrogen yang menjadi pemicu pemanasan global dan perubahan cuaca. Sangat berbeda dengan organik. Bahan-bahan organiknya menambah unsur hara mikro dan makro serta memperbaiki struktur tanah tanpa kecenderungan merusak alam dan lingkungan. Karena terbuat dari bahan-bahan alami, pupuk organik bekerja selaras dengan keseimbangan alam semesta. Bahan organik yang diserap oleh mikroba di dalam tanah dapat menjadi asupan energi mereka sehingga aktivitas pengadaan unsur hara meningkat. Tanah menjadi subur tanpa merusak kehidupan yang ada di dalamnya.
Saat ini pupuk organik sudah banyak dijual di pasaran. Tapi ternyata tidak semuanya adalah benar-benar baik dan aman bagi kesehatan dan lingkungan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh , mereka menemukan bahwa tidak semua pupuk organik baik bagi lingkungan dan kesehatan. Kotoran sapi misalnya, karena mengandung senyawa di dalamnya, malah bisa menjadi mediator yang baik bagi penyebaran jamur ganoderma. Selain pupuk kotoran sapi, pupuk kompos yang terbuat dari sampah rumah tangga juga sering kali bercampur dengan plastik membuatnya tidak terbebas dari kandungan dioksin yang berbahaya bagi kesehatan.